rss

Powered By Blogger

Search This Blog

Tuesday, 18 May 2010

Indonesia: An Act Free of Choice

Indonesia: An Act Free of Choice

Indonesia, once a bastion of noisy self-righteous anticolonialism, last week formally took over a remote, primitive piece of real estate that can hardly be considered anything but a colony. By means of a blatantly rigged referendum, the Indonesians annexed West Irian, the western half of the rugged South Pacific island of New Guinea.

Why anyone would want the impoverished, California-size region nearly defies understanding. Indeed, the government of Indonesia's President Suharto, who commanded the forces ordered to "liberate" West Irian from Dutch control in 1962, long ago lost any real enthusiasm for the remote and unrewarding territory. But Indonesia's sense of Manifest Destiny was involved. For decades, Indonesians have always rallied to the cry "From Sabang to Merauke!" —from the westernmost island of the 3,000-island archipelago to the easternmost hamlet in West Irian. Said Frans Kaisieppo, the governor of West Irian: "It has become a religious conviction."

One, Two, Many. It will require more than mere conviction to govern the area. The 800,000 Papuan tribesmen of West Irian may be the world's simplest people. They live near-naked in Stone Age savagery in high, roadless valleys surrounded by nameless, unmapped tropical forests. In some of their 150 dialects, counting goes no further than "one, two, many . . . " Their weapons are stone axes, 16-ft. spears and poisoned arrows. Cannibalism, headhunting and tribal warfare are common.

Mourners offer amputated fingers as funeral gifts. Favorite adornment includes bird-of-paradise feathers, skulls on strings, and gourds to cover the genitals. The Papuans are also skilled craftsmen in wood and industrious raisers of pigs, sweet potatoes, tobacco, sugar cane, ginger and bananas.

In 1962, after a brief comic-opera war launched by Indonesia's former President Sukarno, The Netherlands reluctantly handed over West Irian to a United Nations caretaker administration. The arrangement, negotiated by veteran U.S. Diplomat Ellsworth Bunker, promised the Papuans "an act of free choice" within seven years on whether to reject or retain Indonesian control. The formula was designed to save Western face, but the "free choice" has proved lamentably free of choice.

Unanimous Vote. The mechanics of the annexation vote were left to the Indonesians. They immediately rejected the one man, one vote formula, largely because the few thousand literate Papuans of the coastal settlements, who had prospered under the Dutch, were obviously hostile. Instead, the Indonesians imported their village tradition of musjawarah, meaning roughly consultations leading to consensus. For this purpose, they chose 1,025 "people's representatives," who allegedly spoke for all Papuans. The Indonesian army warned that it would not be gentle with dissidents. "Many of us didn't agree to Indonesian control, but we were afraid," one of the delegates told TIME Correspondent David Greenway, who visited West Irian last week. Others were wooed with gifts of salt, tobacco, cloth, beer, outboard motors and junkets to Djakarta. Between intimidation and persuasion, the Indonesians managed to win a unanimous vote in favor of

Saturday, 15 May 2010

Perang Kwamki Lama Pecah Lagi

Ditulis oleh Cr-56/Papos       
Jumat, 14 Mei 2010 00:00    

TIMIKA [PAPOS] – Pertikaian Dua Kelompok Warga yakni warga Mambruk II dan Tunikama Kios Panjang di Kwamki Lama Timika, Kamis (13/5) sore kembali terjadi. Kedua kubu sekitar pukul 16.00 WIT saling melepaskan panah kearah masing-masing musuh di hutan belakang Gereja Kingmi Kwamki Lama yang tidak jauh dari wilayah kedua kelompok.

 

Pertikaian ini merupakan kelanjutan dari pertikaian yang dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIT di depan SD Inpres Kwamki I Kampung Kwamki Lama yang mengakibatkan 2 orang warga kelompok atas bernama Daun Singkong Kiwak dan Lompat kinal terkenah panah.

Pertikaian sempat redah pada siang harinya, namun ketika hari mulai sore kedua kubu kembali saling serang. Masing-masing kubu dengan alat perang tradisional setempat seperti panah dan tombak saling lepas anak panah.

Aparat kepolisian dari Satuan Pengedali Massa (Dalmas) dan Polsek Mimika yang berjumlah sekitar 30 personil dikerahkan untuk menghalau akis saling serang kedua kubu. Namun, karena tidak diindahkan Polisi terpaksa membuang tembakan peringatan ke udara untuk menghentikan pertikaian.

Mendengar suara tembakan warga keduaa kubu lantas langsung melarikan diri dan berkumpul di wilayah masing-masing.

Sebelumnya, Rabu (12/5) sore, warga kedua kelompok sempat saling serang. Peristiwa ini terjadi ketika warga kelompok bawah bernama Elison Magai yang sedang mengambil air di jalan belakang Hotel Rimba Papua, dikepung oleh warga kelompok atas yang berjumlah sekitar 30 orang.

Merasa dirinya sedang dalam bahaya, Elison lantas berteriak memanggil rekan-rekanya untuk membantu membalas penyerangan, namun naas dirinya langsung dipanah yang mengakibat luka kena panah di bagian paha kiri.

Pertikaian pun terjadi selama 30 menit mengakibatkan jumlah korban kena panah semakin banyak yakni 5 orang, 1dari warga kelompok atas dan 4 dari warga kelompok bawah.

Kapolsek Mimika Baru AKP. Langgia kepada Papua Pos mengatakan, polisi saat ini hanya berusaha agar kedua kubu tidak saling serang dengan terus menghibau agar kedua kubu segera berdamai dan penyelesaian ini dilakukan melalui jalur hukum.

“kami hanya bisa lakukan seperti itu, sambil ketika ada pertikaian kami polisi mengahalaunya agar tidak menimbulkan korban lebih banyak” ujarnya.

Kata dia, warga kelompok atas meminta agar polisi memberikan waktu agar mereka saling serang “tidak bisa kami polisi tidak akan membiarkan pertikaian terjadi, pokoknya kalo ada saling serang kita akan halau” tegasnya.

Dia menjelaskan, saat ini polisi terus berupaya melalui koordinasi dengan tokoh-tokoh kedua kubu agar bagaimana jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.

Belum adanya kesepakatan damai antar dua kelompok yang bertikai mengakibatkan hingga kini konflik terus memanas.

Berkepanjangannya konflik antar warga di Kwamki Lama mengakibatkan semakin sulit untuk diselesaikan, bahkan korban luka kena panah semakin bertambah.

Walaupun polisi telah beberapa kali memperigatkan kedua kubu untuk tidak saling serang, namun karena masih adanya dendam maka pertikaian terus berlanjut.

Warga kelompok atas tetap bersikeras korban meninggal harus seimbang dengan kelompok bawah.

Ironisnya, pemerintah daerah tidak ada perhatian untuk menyelesaikan masalah ini.

Padahal warga telah meminta bupati mimika turun tangan untuk menyelesaikan masalah, namun hingga saat ini tidak ada perhatian dari bupati.

Korban meninggal akibat pertikaian sejak awal Januari lalu berjumlah 4 orang, antara lain 2 dari warga kelompok atas bernama Albert Mom dan Agus Kinal, sementara 1 orang dari warga kelompok bawah bernama Namon Kogoya, sedangkan Isodorus Edoway yang dipanah warga kelompok bawah sama sekali bukan warga yang terlibat masalah ini. [cr-56]

Posted via web from Papua Pos' posterous

Perang Kwamki Lama Pecah Lagi

Ditulis oleh Cr-56/Papos       
Jumat, 14 Mei 2010 00:00    

TIMIKA [PAPOS] – Pertikaian Dua Kelompok Warga yakni warga Mambruk II dan Tunikama Kios Panjang di Kwamki Lama Timika, Kamis (13/5) sore kembali terjadi. Kedua kubu sekitar pukul 16.00 WIT saling melepaskan panah kearah masing-masing musuh di hutan belakang Gereja Kingmi Kwamki Lama yang tidak jauh dari wilayah kedua kelompok.

 

Pertikaian ini merupakan kelanjutan dari pertikaian yang dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIT di depan SD Inpres Kwamki I Kampung Kwamki Lama yang mengakibatkan 2 orang warga kelompok atas bernama Daun Singkong Kiwak dan Lompat kinal terkenah panah.

Pertikaian sempat redah pada siang harinya, namun ketika hari mulai sore kedua kubu kembali saling serang. Masing-masing kubu dengan alat perang tradisional setempat seperti panah dan tombak saling lepas anak panah.

Aparat kepolisian dari Satuan Pengedali Massa (Dalmas) dan Polsek Mimika yang berjumlah sekitar 30 personil dikerahkan untuk menghalau akis saling serang kedua kubu. Namun, karena tidak diindahkan Polisi terpaksa membuang tembakan peringatan ke udara untuk menghentikan pertikaian.

Mendengar suara tembakan warga keduaa kubu lantas langsung melarikan diri dan berkumpul di wilayah masing-masing.

Sebelumnya, Rabu (12/5) sore, warga kedua kelompok sempat saling serang. Peristiwa ini terjadi ketika warga kelompok bawah bernama Elison Magai yang sedang mengambil air di jalan belakang Hotel Rimba Papua, dikepung oleh warga kelompok atas yang berjumlah sekitar 30 orang.

Merasa dirinya sedang dalam bahaya, Elison lantas berteriak memanggil rekan-rekanya untuk membantu membalas penyerangan, namun naas dirinya langsung dipanah yang mengakibat luka kena panah di bagian paha kiri.

Pertikaian pun terjadi selama 30 menit mengakibatkan jumlah korban kena panah semakin banyak yakni 5 orang, 1dari warga kelompok atas dan 4 dari warga kelompok bawah.

Kapolsek Mimika Baru AKP. Langgia kepada Papua Pos mengatakan, polisi saat ini hanya berusaha agar kedua kubu tidak saling serang dengan terus menghibau agar kedua kubu segera berdamai dan penyelesaian ini dilakukan melalui jalur hukum.

“kami hanya bisa lakukan seperti itu, sambil ketika ada pertikaian kami polisi mengahalaunya agar tidak menimbulkan korban lebih banyak” ujarnya.

Kata dia, warga kelompok atas meminta agar polisi memberikan waktu agar mereka saling serang “tidak bisa kami polisi tidak akan membiarkan pertikaian terjadi, pokoknya kalo ada saling serang kita akan halau” tegasnya.

Dia menjelaskan, saat ini polisi terus berupaya melalui koordinasi dengan tokoh-tokoh kedua kubu agar bagaimana jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.

Belum adanya kesepakatan damai antar dua kelompok yang bertikai mengakibatkan hingga kini konflik terus memanas.

Berkepanjangannya konflik antar warga di Kwamki Lama mengakibatkan semakin sulit untuk diselesaikan, bahkan korban luka kena panah semakin bertambah.

Walaupun polisi telah beberapa kali memperigatkan kedua kubu untuk tidak saling serang, namun karena masih adanya dendam maka pertikaian terus berlanjut.

Warga kelompok atas tetap bersikeras korban meninggal harus seimbang dengan kelompok bawah.

Ironisnya, pemerintah daerah tidak ada perhatian untuk menyelesaikan masalah ini.

Padahal warga telah meminta bupati mimika turun tangan untuk menyelesaikan masalah, namun hingga saat ini tidak ada perhatian dari bupati.

Korban meninggal akibat pertikaian sejak awal Januari lalu berjumlah 4 orang, antara lain 2 dari warga kelompok atas bernama Albert Mom dan Agus Kinal, sementara 1 orang dari warga kelompok bawah bernama Namon Kogoya, sedangkan Isodorus Edoway yang dipanah warga kelompok bawah sama sekali bukan warga yang terlibat masalah ini. [cr-56]

Posted via web from Papua Pos' posterous

Kampus Uncen Dipalang

Ditulis oleh Eka/Papua       
Sabtu, 15 Mei 2010 00:00    

JAYAPURA [PAPOS] -Ratusan mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Independen Peduli Papua (FMIPP) melakukan aksi unjuk rasa dengan memalang kampus, Jumat (14/5) kemarin.

Sekitar 300 orang mahasiswa itu, dipimpin oleh Koordinator Aksi Benyamin Gurik, melakukan aksi di depan Gapura Masuk Kampus Uncen Waena, membuat aktifitas perkuliahan macet total.

Usai berorasi secara bergantian sejak pukul 09.00 Wit hingga pukul 12.00 Wit, rombongan mahasiswa meninggalkan Gapura masuk Uncen Waena menuju Kampus Uncen Abepura, untuk melakukanaksi yang sama.

Setiba di kampus Uncen Abepura, mahasiswa juga melakukan pemalangan, sehingga aktifiitas perkuliahan di kampus Uncen Abepura sempat terhenti sejenak.

Menurut Benyamin Gurik, aksi mereka tersebut dilakukan untuk memprotes setiap kebijakan Universitas yang kurang berpihak terhadap orang asli Papua.

Protes kebijakan universitas itu, terkait pendaftaran seleksi penerimaan mahasiswa baru yang dilakukan melalui internet, Benyamin, menilai pendaftaran mempersulit orang Papua masuk ke Uncen.

Soalnya kata dia, tidak semua orang memahami pendaftaran via internet, apalagi calon mahasiswa yang datang dari kampung-kampung, selain batas waktu pendaftaran sangat singkat.

Kata Benyamin, pendaftaran melalui internet dengan waktu yang begitu singkat dinilai sangat membatasi anak Papua yang ingin masuk kulia di Uncen.

“Uncen merupakan lembaga pendidikan yang mendidik orang Papua dan menghasilkan orang Papua untuk menjadi pemimpin di Papua, namun kenyataan yang terjadi di akhir-akhir ini dalam penerimaan mahasiswa baru, banyak anak-anak Papua yang tidak diterima, padahal Uncen hadir untuk meningkatkan sumber daya manusia Papua,”ujar Benyamin.

Kebijakan seperti itu lanjut dia, harus di rubah dan Uncen harus memprioritaskan orang asli Papua dalam penerimaan mahasiswa baru, karena latar belakang Uncen untuk medidik orang Papua menjadi maju.

Sementara, Pembantu Rektor IV Drs. Nafi Sanggenafa dan Pembantu Rektor I Drs. Spetus Simbiak langsung menemui mahasiswa. Pada kesempatan itu,

Pembantu Rektor mengajak mahasiswa untuk berdialog di dalam Auditorium Uncen.

Dalam dialog, mahasiswa diwakili oleh Koordinator aksi Benyamin Gurik membacakan tuntutan. Selepas membacakan tuntutan Benyamin menyerahkan tuntutan mahasiswa diterima Pembantu Rektor Drs. Spetus Simbiak.

Dihadapan mahasiswa, Spetus Simbiak, mengatakan bahwa aspirasi mahasiswa itu dalam waktu dekat akan segera ditindaklanjuti.[eka]

Posted via web from Papua Pos' posterous

Polres Merauke Bentuk Tim Olah TKP

Ditulis oleh Frans/Papos       
Sabtu, 15 Mei 2010 00:00    

MERAUKE [PAPOS]-Pasca tewasnya anggota Polres Merauke, George Rahalus bersama anaknya Apri (2) tahun di tempat permainan Galaxy, Jalan Sesate, Kelurahan Seringgu beberapa waktu lalu ketika bersama beberapa pengunjung lain menikmati roller koster, Polres Merauke pun langsung menyikapi dengan serius dengan membentuk tim dari bagian Reskrim untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Langkah tersebut dilakukan guna mengetahui secara pasti dan jelas penyebab ambruknya tempat hiburan dimaksud.

Kapolres Merauke, AKBP Hadi Ramdani, SH melalui Humas Polres, AKP Richard Nainggolan yang ditemui di ruang kerjanya, Jumat (14/5) mengungkapkan, tim yang diperkirakan berjumlah kurang lebih 12 orang itu, sedang melakukan olah TKP guna mengungkap penyebab jatuhnya alat tersebut.

Kegiatan olah TKP, menurutnya, tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Karena harus diteliti dan dilihat satu persatu barang yang ada di sekitar. Olehnya, harus membutuhkan kerja tim. “Saya sendiri tidak bisa memastikan berapa lama kegiatan olah TKP akan dilakukan. Karena tidaak semuda datang ke sana dan melihat sekaligus menganalisa. Kita harus mencermati satu persatu peralatan yang ada,” ungkap Nainggolan.

Nainggolan juga mengungkapkan, saat ini sedang dilakukan pemeriksaan terhadap Manager Permainan Galaxy. Selain dia, ada dua saksi yang sudah dimintai keterangan terlebih dahulu yakni operator roller koster. Bahkan, tidak menutup kemungkinan isteri dari korban serta beberapa pengunjung di sekitar akan dimintai keterangan guna mengungkap kasus yang sebenarnya. “Saya sendiri belum bisa memastikan berapa orang yang akan diperiksa dalam kapasitas sebagai tersangka, tetapi bahwa sudah tiga orang yang datang ke Polres untuk dimintai keterangan,” tegas dia.

Ketika disinggung apakah ada kemungkinan lebih dari satu tersangka yang berpeluang ditetapkan dalam kasus tersebut, Nainggolan mengungkapkan, untuk sementara dirinya belum bisa berbicara tentang calon tersangka. Sudah ditegaskan berulang kali bahwa kegiatan olah TKP masih dan atau sedang berlanjut sehingga penyidik belum bisa menyimpulkan. Cepat atau lambat akan terungkap siapa-siapa yang akan ditetapkan sebagai tersangka.

Secara terpisah Kaur Bin Ops Polres Merauke, Iptu AE Hariawan mengungkapkan, kegiatan olah TKP masih berlanjut dan sejauh ini tidak ada hambatan yang ditemukan di lapangan. “Kita masih bekerja untuk melakukan penyidikan. Untuk itu, masyarakat diharapkan bersabar karena hasilnya akan disampaikan juga setelah semua proses selesai berjalan,” kata Hariawang. [frans]

Posted via web from Papua Pos' posterous

Pansus Pilkada Gagal Temui Mendagri

               
Ditulis oleh Bela/Papos       
Sabtu, 15 Mei 2010 00:00    

PAYAPURA [PAPOS] - Perjuangan pansus Pilkada DPR Papua untuk bertemu dengan Mendagri di Jakarta, Jumat [14/5] gagal. Meskipun sebelumnya sudah diagendakan bahwa Pansus Pilkada DPR Papua akan bertemu dengan Mendagri di ruang kerja Mendagri, Jumat [14/5].

Hal itu disampaikan ketua Pansus Pilkada DPR Papua, Ruben Magai, S.IP kepada Papua Pos melalui telepon selularnya, Jumat [14/5] malam. Kegagalan ini bukan karena Mendagri tidak mau bertemu dengan Pansus Pilkada DPR Papua, tetapi memang agenda Mendagri ada yang lebih penting yakni rapat Kabinet, sehingga dengan terpaksa pertemuan antara Mendagri dengan Pansus Pilkada DPR Papua ditunda sementara waktu.

‘’Ya, memang sebelumnya sudah diagendakan bahwa kita akan bertemu dengan Mendagri hari Jumat [14/5], tetapi karena tiba-tiba ada agenda lainya yakni rapat kabinet, maka pertemuan ditunda. Rencananya kita dari Pansus Pilkada kembali akan bertemu dengan Mendagri,’’ katanya.

Dikatakan, pihaknya memaklumi alasan penundaan pertemuan tersebut. Mudah-mudahan hari Senin [17/5] tidak ada lagi agenda penting lainnya sehingga Pansus Pilkada DPRP bisa bertemu dengan Mendagri. Meskipun Pansus Pilkada DPR Papua gagal bertemu dengan Mendagri, tetapi pihaknya optimis bahwa Mendagri akan bertemu dengan Pansus Pilkada.

Lebih lanjut dikatakannya, sesuai agenda sebelumnya bahwa Pansus Pilkada DPR Papua akan menemui Komisi II DPR – RI [ membidangi hukum dan Ham]. Selain Komisi II DPR-RI masih dalam hari yang sama pihaknya juga akan menemui Kaukus parlemen Papua.’’Kita harapkan dukungan dari DPR-RI dan Kaukus Parlemen Papua untuk memberikan dorongan serta bersedia memfaslitasi pertemuan Pansus Pilkada DPR Papua dengan Mendagri dan Presiden,’’ katanya. [bela]

Posted via web from Papua Pos' posterous

Provinsi Papua Tengah Dipersiapkan

Ditulis oleh Ant/Agi/Papos       
Jumat, 14 Mei 2010 00:00    

TIMIKA [PAPOS] - Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan mengutus Deputi I Bidang Politik Dalam Negeri Mayjen Karseno bersama tim ke Timika, untuk mempersiapkan pembentukan Provinsi Papua Tengah.

Rabu [12/5] pagi lalu, Karseno yang didampingi asistennya Amirullah dan Nurhadi bersama Tim Pemekaran Provinsi Papua Tengah meninjau lahan seluas 106 hektar yang dihibahkan Pemkab Mimika untuk lokasi pembangunan perkantoran Pemprov Papua Tengah di Kampung Limau Asri-SP5 Timika.

Karseno mengatakan, kunjungan ke Timika dalam rangka membuat kajian dan analisis kebijakan pemekaran Provinsi Papua Tengah menuju sebuah daerah otonom baru.

" Kedatangan kami untuk mendapatkan fakta-fakta dan aspirasi masyarakat Timika dan sekitarnya sehingga nanti tidak ada kesan `katanya` atau direkayasa," jelas Karseno saat beraudiens dengan Pemkab Mimika, anggota DPRD dan para tokoh masyarakat Mimika serta sejumlah kabupaten tetangga di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Mimika, Selasa malam.

Ia mengatakan, fakta dan hasil kajian yang diperoleh di Timika akan menjadi bahan evaluasi Kantor Kemenko Polhukam untuk menyimpulkan apakah Papua Tengah layak atau tidak menjadi provinsi baru terlepas dari Provinsi Papua.

Menurut Karseno, sejak beberapa tahun lalu Pemerintah Pusat membuat moratorium pemekaran provinsi lantaran banyaknya masalah.

Meski begitu, katanya, tidak tertutup kemungkinan pemekaran provinsi baru dengan melalui evaluasi ketat dan dilengkapi desain besarnya.

Karseno menegaskan, tujuan utama pemekaran suatu wilayah untuk menyejahterakan rakyat dan meningkatkan pelayanan kepada rakyat.

"Namun yang terjadi selama ini jauh dari harapan itu karena dimanfaatkan untuk bagi-bagi kekuasaan dan lainnya. Ini yang harus dihindari. Pemekaran Papua Tengah dalam rangka untuk menyejahterakan rakyat Papua terutama di wilayah Papua Tengah," ungkapnya.

Ketua Tim Pemekaran Provinsi Papua Tengah Andreas Anggaibak mengatakan, pada 23 Agustus 2003 sudah dilakukan deklarasi pembentukan Provinsi Papua Tengah (saat itu disebut Provinsi Irian Jaya Tengah).

Namun karena ada pro-kontra pemekaran, agenda itu tidak ditindaklanjuti. Selanjutnya pada 13 Mei 2008 papan nama Kantor Gubernur dan DPRD Provinsi Papua Tengah dipasang kembali.

"Pemekaran ini sangat penting. Selama ini kami diperalat oleh orang lain. Tidak ada lagi masyarakat yang tolak pemekaran Papua Tengah, kami sudah berdamai," katanya.

Anggaibak meminta tim Kemenko Polhukam membawa aspirasi rakyat Papua Tengah ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta dan berharap pada 17 Agustus 2010 sudah dilantik Caretaker Gubernur Provinsi Papua Tengah.

"Kekayaan alam kami (tambang emas dan tembaga yang dikelola PT Freeport Indonesia) bisa memberi makan 22 negara, masa` Timika tidak bisa menjadi ibu kota Provinsi Papua Tengah," kata Anggaibak. [ant/agi]

Posted via web from Papua Pos' posterous

Tuesday, 4 May 2010

Tahanan Kabur Kanit Reskrim Polsek Bojonegoro Kota Diperiksa

Tahanan Kabur Kanit Reskrim Polsek Bojonegoro Kota Diperiksa
BOJONEGORO--MI: Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Kepolisian Sektor (Polsek) Bojonegoro Kota Inspektur Satu Suyitno diperiksa oleh Unit Provost Kepolisian Resor Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (4/5).

Pemeriksaan dilakukan terkait dengan kaburnya seorang tahanan bernama Tejo Pramono dari polsek setempat ketika tengah dipriksa. Tejo adalah tahanan tersangka penggelapan dan penipuan.

Suyitno diperiksa oleh provost di Unit Pelayanan, Pengaduan, dan Penegakan Disiplin (P3D) Polres Bojonegoro. Menurut Kepala Unit P3D Polres Bojonegoro Inspektur Satu Sukardi, Suyitno diperiksa sebagai saksi. " Ya, sedang kita periksa intensif," tegasnya.

Ia menjelaskan, pemeriksaan dilakukan karena Kanit Reskrim Polsek Bojonegoro Kota itu tidak memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional hingga menyebabkan seorang tahanan melarikan diri. "Saat ini kami masih melakukan penyidikan dan kita akan lihat perkembangannya nanti," ujarnya, ketika ditanya tindakan yang akan dilakukan.

Berdasarkan informasi, Tejo kabur karena tidak dimasukkan ke ruang tahanan dan dibiarkan bebas berkeliaran. Akhirnya pada Sabtu (1/5) Tejo melarikan diri.

Berdasarkan data yang berhasil di himpun Media Indonesia, peristiwa bermula saat Tejo Pramono, warga Dukuh Sambikerep, Desa Bulaklo, Kecamatan Balen, Bojonegoro, pada 30 November 2009 mendatanggi rumah Mochamad Ali, warga Jalan Serma Maun, Desa Campurejo, Kecamatan Bojonegoro Kota, untuk meminjam uang tunai Rp25 juta.

Kepada Ali, Tejo diberi jaminan mobil Toyota Kijang bernomor polisi S 1180 AA beserta surat tanda nomor kendaraan (STNK) dengan jangka pinjaman selama satu bulan. Namun, setelah lebih dari empat bulan, kendaraan tidak juga ditebus, sehingga Ali mengadaikan mobil tersebut kepada Sugianto, warga Margomulyo, Kecamatan Balen, senilai Rp31,5 juta.

Sebelum sempat ditebus oleh Ali, mobil tersebut kemudian disita oleh sebuah lembaga penjamin keuangan karena masih dalam proses kredit. Karena merasa ditipu, akhirnya Sugianto melaporkan Ali ke polsek Bojonegoro Kota. Setelah dilakukan perundingan, disepakati Ali menyetujui pengembalian uang senilai Rp31,5 juta kepada Sugianto hingga persoalan dianggap selesai.

Selanjutnya, giliran Ali yang melaporkan Tejo atas dasar penipuan dan pengelapan hingga yang bersangkutanpun ditahan di kantor polsek setempat. Namun, karena Tejo tidak dijebloskan ke ruang tahanan, ia berhasil melarikan diri. (YK/OL-01)

Penembakan di perbatasan, aparat buru penembak warga

Penembakan di perbatasan, aparat buru penembak warga

Jayapura–Seorang warga pendatang terluka karena tembakan dari orang tak dikenal di perbatasan RI-Papua Nugini. Penembak tersebut lari menuju Papua Nugini. Aparat keamanan kini tengah mencari pelaku penembakan.

“Ini sedang dicari. Saya mau cek ke lokasi,” kata Komandan Distrik Militer (Dandim) 1701 Jayapura Letkol Infanteri Imam Santoso MA kepada detikcom, Sabtu (19/12).

Menurut Imam, rentetan senjata di perbatasan bukan dari OPM namun dari orang tak dikenal tiba-tiba menembak warga pendatang kemudian kabur ke Papua Nugini. Warga yang terkena tembakan itu kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat.

“Hanya luka bukan meninggal. Sudah dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.

Imam mengatakan, hingga kini situasi di lokasi kejadian masih aman dan kondusif. Pasar Lonjing yang tadinya dikabarkan ditutup masih buka.

“Pedagang juga masih ada. Nggak ada masalah. Masyarakat masih berjualan seperti biasa,” imbuhnya.

dtc/isw

Usai dapatkan uang dan emas, OPM bebaskan tambang

Usai dapatkan uang dan emas, OPM bebaskan tambang

Papua–Setelah melalui negoisasi yang cukup alot, kelompok separatis bersenjata TPN/OPM akhirnya meninggalkan lokasi tambang PT Martha Maining di Kampung Nomouwodide Paniai, Papua, Rabu (48/4) malam.

Kelompok separatis di bawah komando John Magai Yogi yang merupakan anak kandung dari Tadius Yogi pimpinan OPM wilayah Paniai bersedia meninggalkan lokasi tambang, setelah perusahaan memenuhi tuntutan mereka, yakni memberikan emas satu kilogram dan uang senilai Rp 100 juta.

“Setelah ada kesepakatan di mana para pendulang emas bersedia memberikan emas satu kg dan uang tunai Rp 100 juta, 30 anggota kelompok bersenjata OPM meninggalkan lokasi tambang,” ujar Juru Bicara Polda Papua, Komber Agus Rianto melalui pesan singkatnya, Kamis (29/4).

Proses negosiasi, kata Agus Rianto, berlangsung alot dengan mediator anggota Polisi yang bertugas dari pos Polisi Bayubiru yang berlokasi disekitar tambang serta tokoh adat setempat.

Kelompok OPM yang mengepung lokasi itu sejak Senin lalu, awalnya meminta uang tunai Rp 1,5 miliar dan puluhan kilogram emas. Namun setelah ada negosiasi baru ditemukan titik terang.

“Meski tuntutan kelompok separatis awanya cukup besar, mereka yang datang dengan sejumlah senjata api, senjata tajam serta panah, akhirnya bersedia menerima penawaran para pendulang,” ungkapnya.

Saat ini situasi di lokasi tambang kembali kondusif, para pendulang sudah bisa beraktivitas kembali. Tapi helikopter yang biasanya terbang ke lokasi, hingga kini belum bersedia menuju lokasi dengan alasan keamanan.

Sebelumnya, kelompok separatis bersenjata itu sempat mengancam akan merusak sejumlah alat berat milik perusahaan tambang emas. Tidak ada korban dalam aksi pengempungan dan penyanderaan itu. Kelompok itu setelah menerima tuntutannya langsung masuk hutan.

Lokasi tambang itu sendiri cukup sulit untuk dijangkau, karena medan yang terjal serta hutan belantara. Biasanya para pendulang menuju lokasi menggunakan helikopter.

vivanews/ tiw

Menkokesra serahkan 390 rumah untuk mantan OPM

Menkokesra serahkan 390 rumah untuk mantan OPM: "Timika–Menko Kesra Aburzal Bakri, Selasa, menyerahkan 390 unit rumah yang dibangun untuk mantan anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) di dua kabupaten di Papua."

Pascaserangan OPM, Tambang PT Martha Kondusif - news.okezone.com

Pascaserangan OPM, Tambang PT Martha Kondusif - news.okezone.com: "Polda Papua memastikan situasi kemanan di pertambangan milik PT Martha Maining di Kampung Tayaga, Distrik Nomouwodide, Paniai, sudah kondusif, menyusul penyerangan kelompok Organiasasi Papua Merdeka (OPM) pada Selasa lalu."

Pasca penyerangan OPM,ratusan warga mengungsi

Pasca penyerangan OPM,ratusan warga mengungsi: "enyerangan itu terjadi dua pekan lalu dengan sasaran tujuh orang karyawan PT Modern Widya Technical. Kepala Kampung Purleme, Sam Telenggen mengatakan masyarakat setempat masih ketakutan, mereka juga was-was untuk menjalankan aktifitas sehari-hari."

1 Mei Peristiwa Bersejarah Papua Bagi Rakyat Indonesia

Jika sejenak kita menyimak sejarah perjuangan Rakyat Papua pada 47 tahun yang lalu, masih segar dalam ingatan dan benak kita bahwa pada tanggal 1 Mei 1963 telah terjadi peristiwa bersejarah bagi Rakyat Papua khususnya dan Indonesia umumnya," kata Bupati Jayapura Habel Melkias Suwae,S.Sos.MM, di Sentani ibukota Kabupaten Jayapura, Sabtu (1/5).

Posted via web from West Papua News's posterous

My Headlines

Papua - Indonesia Headline Animator

 
free counters

Blog Papua - Indonesia Headline Animator

About Me

My photo
Jayapura, Papua, Indonesia
Papua, West Papua, Free West Papua

Followers